Penulis : Belva Meyzalia Devani
“Kriiin-ng..!” Lonceng istirahat telah berbunyi, menandakan waktu istirahat telah tiba. Seluruh siswa maupun siswi mulai berlalu-lalang di sekitar lorong sekolah. Berlari ke-arah kantin, ataupun ke daerah lain. Pada suatu kelas X-DKV, ada sekelompok kawan yang bernama Magicofthree. Mereka selalu berkumpul dengan membawa cerita menarik dari masing-masing individu. Kelompok sekawan ini unik akan selalu penasaran akan hal-hal baru dan keren, bahkan yang belum mereka ketahui. Mereka beranggotakan empat orang, terdiri atas Lin, Hellen, Nopal, Cakra. Mereka selalu bersama, kompak, dan merangkul. Ada satu hal yang mereka suka, yaitu berpetualangan. Mendengar satu kata tersebut saja, bisa membuat mereka semangat sekali. Bagi mereka, petualangan adalah hal yang luar biasa, karena dapat mengetahui sesuatu atau menjadi pelajaran tersendiri yang bermanfaat. Maka dari itu lah, mereka membentuk sebuah kelompok Magicofthree yang berarti sekawan ajaib dengan tambahan mereka dari kelas DKV 3.
Pada jam istirahat ini, mereka berjalan bersama ke-arah kantin. Salah satu dari mereka membeli sebuah makanan khas Lamongan, yaitu Wingko Babat. Aroma makanan tersebut harum dan hampir menyebar di seluruh kantin.
“Eh serius, Wingko Babat tadi enak banget! Cemilan kesukaanku semenjak kecil. Kalian wajib coba! Rasanya manis dan gurih karena tercipta dari kelapa parut!” ucap Hellen. Nopal, Lin, dan Cakra melihat makanan itu, menatap sambil penasaran. “El, cemilan itu khas dari mana? Aku belum pernah lihat makanan seperti itu disini” Tanya Lin. Kemudian Nopal pun menjawab “Wingko Babat ini makanan khas Lamongan, dari Jawa Timur”. “Oh iya aku pernah mendengar itu di televisi. Kelihatannya lezat. Nanti aku coba untuk cicip deh!” jawab Cakra dengan senang. Lin pun tersenyum lalu berkata “Wah, andai saja di sekolah kita ada pameran khas nusantara! Akan lebih asik kan? Kita bisa tau beberapa budaya lain yang unik”. Mereka semua terdiam sejenak, dan mereka pun menyetujui itu. “Betul juga, dan akan lebih seru jika pameran itu ada. Semoga saja, kawan. Siapa tau, waktu nanti akan ada di sekolah ini.” Jawab Cakra sambil menatap ke arah mereka. Setelah berbincang-bincang lama, sudah saatnya mereka untuk kembali ke kelas. Mereka pun mulai beranjak dari kantin.
Saat di perjalanan menuju kelas, mereka berjalan sambil bersenda gurau. Dan tiba tiba seseorang tidak sengaja menabrak lengan Hellen. Sehingga membuat Hellen hampir terjatuh. Untungnya, Lin dan Nopal dengan sigap menangkap tubuh Hellen. Akan tetapi, seseorang itu tampak menjatuhkan sesuatu, dan Cakra menyadari hal itu. Cakra ingin memberitahu kepada seseorang itu, namun ia telah pergi sangat cepat. Di Belakang, Lin dan Nopal masih membantu Hellen untuk berdiri. Lalu mereka menghampiri Nopal.
“Lho, orang tadi kemana? Kenapa dia tidak meminta maaf kepada Hellen.” Tanya Nopal sambil melihat ke arah Cakra, dia menyadari bahwa Cakra menggenggam sesuatu. “Apa yang kamu genggam, Aka?” Tambah Nopal. Seketika Lin dan Hellen melihat sesuatu yang Cakra genggam. “Oh ini .. aku pun tidak tahu, tadi jatuh dari orang itu. Niat nya mau dikembalikan, tapi dia sudah pergi” Jawab Cakra sambil menunjukkan benda itu ke arah mereka. Mereka melihat benda itu secara seksama. Dengan spontan Hellen berkata “Eh ini kan poster, coba kita buka sedikit .. siapa tau itu informasi penting!”. “Memangnya boleh lihat, ya? Tapi aku juga penasaran isinya” jawab Lin dengan ragu-ragu. Nopal melihat mereka berdua kemudian menambahkan, “Buka aja, kita intip sedikit kok! Ini bakal jadi rahasia kita saja.” Lin, Hellen, dengan Cakra saling melihat satu sama lain. Lalu mengangguk setuju kepada Nopal. “Baiklah kawan, mari kita buka apa isi dari poster ini”. Secara perlahan dan hati-hati, Cakra membuka isi dari sebuah poster itu. Mereka saling mendekatkan diri untuk melihat lebih luas tentang isi nya. Dan alangkah terkejutnya mereka semua saat mereka mengetahui isi poster tersebut.
Poster itu terlihat aneh, berwarna putih dan ada sedikit tema ‘tua’ di dalamnya. Poster tersebut memiliki gambar yang terlihat buram, misterius dan ditandai dengan tanda tanya berwarna merah. Namun mereka tahu bahwa gambar itu menggambarkan sesuatu. Kemudian yang paling mencolok dari poster tersebut adalah sebuah tulisan tangan yang rapi dan estetika, berwarna emas elegan. Dan bertulis ‘Jika kalian berani melihat kejutan luar biasa, maka temui saya di aula sekolah saat ini’. Kalimat itu membuat mereka terkesan sekaligus penasaran. “Wah wah wah, kalimat dari siapa ini? Sangat menantang” ucap Nopal tertarik. Cakra menyetujui kalimat terakhir dari Nopal. Lin mengambil poster misterius itu dari tangan Cakra. Dia mengamati dengan hati-hati, membaca dan membolak-balik poster tersebut. “Tulisan yang rapi sekali. Dan ini berlokasi di aula sekolah. Kebetulan kelas terakhir lagi kosong. Apakah ini kesempatan untuk menjawab rasa penasaran kita?” Ucap Lin dengan hati-hati, mengamati seksama sudut ke sudut poster sambil menatap sedikit tajam ke-arah kawannya. Hellen berpikir sejenak, dan dia menjawab “ide bagus, Lin! Kalau begitu, mari kita langsung menuju ke aula!”. Mereka menggangguk bersama sambil mengatakan “Ayo!” Dan berlari dengan semangat menuju aula sekolah.
Sesampainya di pintu aula, mereka membuka pintu itu dengan pelan. Ruang aula ini sungguh besar dan menakjubkan. Satu persatu, mereka memasuki ruang aula tersebut. Cakra masih memegang poster itu, sementara sisanya melihat sekeliling ruangan. Mencari tanda-tanda dimana letak yang dimaksud tulisan dari poster tersebut. Mereka mulai berjalan ke arah tengah aula, masih mencari sebuah celah atau tanda. Mereka berpikir, akan lebih mudah jika berada di tengah ruangan.
Namun beberapa waktu kemudian, mereka dikejutkan oleh sebuah kotak yang jatuh secara tiba tiba. Anehnya saat kotak itu terjatuh, benda itu tidak mengeluarkan suara yang nyaring ataupun keras. Melainkan suara lembut, hampir keluar musik di dalamnya. Lin sempat beranggap bahwa kotak itu adalah kotak musik. Setelah dilihat dari dekat, kotak tersebut memang menyerupai kotak musik. Mereka saling bertatap mata dengan ekspresi bingung. “Kotak? Kenapa bisa ada kotak jatuh disini?” Ucap Lin sambil memperhatikan kotak itu. Seketika Nopal melihat ada sebuah tombol yang mengkilap di atas kotak itu. Karena rasa penasarannya yang tinggi. Tanpa basa basi, dia langsung menyentuh tombol itu. Kemudian kotak itu terbuka perlahan, menyanyikan sebuah musik familiar, berasal dari instrumen angklung. Mereka semua terkesan melihat hal itu. Namun tiba tiba, dari arah kotak itu. Terdapat sebuah cahaya, yang menerangi hampir seluruh ruang aula. Membuat mereka sulit untuk melihat sekitar. Mereka memejamkan mata dengan cepat. Dan merasa tubuh mereka dibawa oleh cahaya itu.
Saat mereka membuka matanya, mereka terkejut. Di sekeliling mereka, terdapat banyak sekali pameran-pameran yang ajaib khas Nusantara. Seketika mereka langsung takjub. Pameran ini tampak berbeda dari yang biasa mereka lihat. Mereka melihat spanduk besar, bertulis ‘Selamat datang pada desa ajaib Nusantara’. Mereka akui, disana banyak sekali hal-hal khas nusantara. Terdapat batik atau baju adat, keris, makanan daerah, alat musik, alat mainan, cinderamata, rumah daerah dan masih banyak lagi.
Kemudian seseorang datang ke arah mereka, dia tersenyum lalu menyambut mereka dengan semangat.
“Hey kalian! Pasti kalian telah menemukan poster itu kan? Kalian beruntung! Selamat datang pada desa Ajaib Nusantara. Sebelumnya aku adalah orang yang menabrak salah satu kawan kalian. Aku minta maaf soal tadi. Panggil saja aku Kak Ahmad, dan aku akan perkenalkan, semua yang kalian lihat ini adalah sebuah pameran ajaib nan unik yang terisi banyak sekali hal-hal khas Nusantara, Indonesia. Dan aku akan menjadi pemandu kalian, sekaligus menemani petualangan yang akan seru pada desa ini. Apakah kalian bersedia?”. Setelah mendengar ucapan dari Kak Ahmad, masing-masing dari mereka terkesan dan mengangguk secara bersama. Kemudian Lin mengangkatkan tangan nya sedikit, “Kak Ahmad, perkenalkan aku Lin. Mereka kawanku, ada Nopal, Cakra, dan Hellen. Aku ingin bertanya. Kenapa bisa pameran ini bertema Nusantara? Apa yang ingin disampaikan dari pameran ini, kak?” tanya Lin. Kak Ahmad tersenyum lembut, dia mengangguk sambil memberi gestur tangan kepada mereka untuk mengikutinya. “Dengan senang, aku akan menunjukkan kalian tentang apa itu Bahasa dan Budaya kita khas nusantara. Mari kawan-kawan, untuk ikuti aku dengan kotak musik ajaib kita!”.
Mereka semua pun mengikuti Kak Ahmad dengan kotak ajaib itu. Setiap langkah menuju desa, kotak itu akan mengeluarkan lagu daerah nya. Pada kali ini mereka berhenti pada desa ‘Jawa Barat’, kotak tersebut menyanyikan lagu ‘Manuk Dadali’. Didepan sana, terdapat sebuah pameran yang menunjukkan kebaya sunda yang begitu cantik. Makanan khas, combro dan misro. Dan wayang golek yang unik. “Nah, di wilayah Jawa Barat juga, kita mengenal sebuah istilah yang terkenal pada masyarakat sana. Yaitu ‘silih asah, silih asih, silih asuh’. Ada yang tau artinya?” Ucap Kak Ahmad sambil melihat ke arah mereka. Kemudian Lin menjawab dengan senang “Artinya adalah saling mengajarkan, saling menyayangi, dan saling menjaga!”. Cakra mengangguk dan menambahkan “Dan istilah itu termasuk bahasa Sunda. Rata-rata masyarakat wilayah Jawa Barat, menggunakan bahasa Sunda untuk berkomunikasi juga”. Melihat jawaban dari Lin dan Cakra, membuat kak Ahmad tersenyum. Kemudian dia menepukkan tangan sebagai pujian. “Pintar, kalian hebat! Dan semuanya benar. Begitulah budaya yang unik dari Jawa Barat ini”. Sementara itu, Nopal dengan Hellen terkesan atas jawaban kawan nya itu. Kemudian Nopal melihat ke arah kiri dari pameran ini. Ada sebuah tenda bertulis ‘Palembang’. Dia menjadi senang, dan mengajak teman-temannya untuk mengunjungi daerah desa lain.
Sesampainya mereka disana, Nopal langsung menunjukkan mereka makanan terkenal di Palembang. Yaitu pempek dan martabak HAR. “Aku izin memberitahu kepada kalian tentang dua makanan khas ini. Yang pertama, sudah tidak asing! Inilah pempek yang terbuat dari ikan dan tepung sagu. Rasanya sangat gurih dan lezat. Akan lebih enak jika kalian menambahkan cuka palembang nya” ucap Nopal sambil bersemangat. Kemudian dia menambahkan lagi “dan untuk Martabak HAR. Ini adalah martabak yang isinya telur ayam ataupun telur bebek. Dan dikasih kuah kari yang lezat!”. Pengetahuan Nopal akan makanan khas palembang, membuat teman-temannya terkesan. Begitupun dengan Kak Ahmad. “Wah! Cocok jadi juri makanan nih, Nopal” celoteh Hellen sambil tertawa kecil. Disusul oleh Lin, Cakra dan juga Kak Ahmad. Nopal pun tersipu sedikit dan ikut tertawa. Kak Ahmad berdehem untuk mengalih perhatian, lalu dia bertanya “Sekarang kawanku, coba kalian tebak arti istilah ini. Istilah nya adalah ‘Menyama braya’. Lalu darimana asal bahasa ini?”. Seketika mereka mulai berpikir sejenak, dan kemudian itu. Hellen menjawab pertanyaannya “Setau aku, istilah itu berasal dari Bali. Yang bermakna hidup rukun dan saling menghargai seperti saudara!”. Kak Ahmad mengangguk kepada Hellen dan mengacungkan jempol. “Hebat, Hellen! Kamu benar. Istilah ini berasal dari Bali. Terdengar unik kan? Istilah ini hampir sama tujuannya dengan istilah dari Sunda tadi”. Mereka pun mengangguk paham kepada kak Ahmad. Setelah menebak beberapa pertanyaan dari Kak Ahmad.
Mereka diajak untuk berkeliling kembali ke berbagai desa-desa. Di sana, mereka belajar tentang bahasa dan budaya khas Nusantara. Bagi mereka, terasa seperti petualangan yang luar biasa. Dan hal ini yang paling mereka nantikan. Sungguh menakjubkan, mereka menjadi lebih tau dan mengenal bahasa daerah maupun kebudayaannya yang beraneka ragam.
Sehingga waktu tak terasa, kotak musik itu mulai melantunkan suara untuk pulang. Dan ini sudah waktunya mereka untuk kembali ke dunia nya. Mereka sudah lebih dari puas untuk menjelajahi pameran desa itu. Kak Ahmad sangat berterimakasih kepada mereka yang sudah mau belajar hal baru mengenai nusantara. “Terimakasih banyak, kawan ku yang hebat sudah datang kemari. Aku senang kalian mau berkunjung kemari. Dan kita harus berpisah. Aku harap kalian tidak lupa dengan apa yang kalian simak dan amati. Sampai berjumpa lain hari, para Magicofthree!”. Nopal, Lin, Hellen, dan Cakra menjawab salam dari Kak Ahmad sambil tersenyum. Lalu melambaikan tangan mereka, dan seketika kotak musik itu membuat sebuah cahaya itu kembali muncul. Membawa mereka lagi ke tempat mula, yaitu aula. Sata mereka sadar, mereka saling memandang satu sama lain, poster yang digenggam oleh Cakra masih ada. Dan mereka setuju untuk menyimpan itu sebagai kenangan. Setelah petualangan ajaib itu, para Magicofthree menyadari satu hal penting. Yakni bahasa dan budaya bukan sekadar warisan, tapi jembatan yang menyatukan mereka. Walau berbeda daerah, mereka merasa bangga menjadi bagian dari Nusantara yang kaya dan indah.