Pilihan kata (DIKSI) bagian 1

Sumber : Balai Bahasa Jawa Barat

Memilih kata ibarat memilih istri/suami. Banyak pilihan, banyak bentuk, dan perbedaanya bergradasi. Pilihan akhirnya jatuh pada seorang perjaka/gadis/janda/duda. Semuanya bergantung pada kita: mau yang gemuk, kurus, cantik, gagah.
Seorang pembicara/penulis yang mampu “menyihir” pendengar atau pembacanya tentu karena dia dapat memenuhi “selera” pendengar/pembacanya. Dia mengetahui dengan baik siapa yang mendengarkan/membaca. Dia membaca dengan baik situasi/konteksnya. Kemudian, dia menentukan pilihan-pilihan katanya sesuai dengan apa yang sudah dipahaminya itu.
Pilihan kata (diksi) berkaitan dengan tiga pengertian dasar berikut.
A. Pilihan kata berarti kemampuan seseorang untuk memilih bentuk kata yang sesuai dengan konsep/gagasan yang diinginkan. Dalam pengertian ini seseorang dituntut untuk memilih kata secara tepat mengingat hubungan bentuk kata dan makna kata tidak selalu satu banding satu. Seringkali sebuah konsep (makna) diwujudkan dalam beberapa bentuk, misalkan konsep gembira yang dilambangkan dengan bentuk senang, suka, sukacita, sukaria, bahagia, dan gembira. Sebaliknya, sebuah bentuk kata seringkali mewakili lebih dari satu konsep “makna”. Misalnya kata “diam” yang mewakili konsep tidak bicara, tidak bergerak,tidak bersikap. Dalam pengertiannya yang pertama ini pilihan kata akan berhadapan dengan kata yang bersinonim, kata yang berhiponim, dan kata yang berhomonim.
B. Pilihan kata berarti kemampuan seseorang untuk memilih kata yang tepat bagi kaidah pembentukan kata dan dari segi ejaan/penulisan (untuk ragam tulis). Dua kaidah utama yang harus dicermati dalam pembentukan kata adalah (I). Kaidah gabungan kata yang lazim kita kenal dengan hukum DM dan (II). Kaidah peluluhan dalam pengimbuhan. Prinsip kaidah DM– terutama berlaku untuk kata benda adalah menempatkan kata yang diterangkan (D) di depan kata yang menerangkan (M). Pembentukan kata kelapa gading mall tidak tepat dari segi kaidah DM karena mall sebagai yang diterangkan diletakkan di belakang dan kelapa gading sebagai unsur yang menerangkan berada di bagian awal. Bentuk yang tepat adalah mal kelapa gading(niring) (penghilangan huruf l pada mal menjadi mal adalah penyesuaian ejaan). Kaidah peluluhan dalam pengimbuhan berhubungan dengan jenis kata-kata tertentu yang harus luluh jika bertemu dengan imbuhan. Kata-kata yang harus luluh ketika bertemu dengan imbuhan adalah kata-kata yang berawal bunyi /k, p, t, s/,seperti kata sukses jika ditambah awalan me- akan menjadi kata menyukses(kan). Sementara itu kaidah pengejaan meliputi pelambangan bunyi, penulisan huruf, penulisan kata, dan penulisan kalimat.
C. Pilihan kata berarti kemampuan seseorang memilih kata yang sesuai dengan situasi dan gaya.
Situasi ini berkaitan dengan penggunaan bahas yang baik, yang dipengaruhi oleh, antara lain, waktu, tempat, lawan bicara, dan materi pembicaraan. Sebagai contoh jika lawan bicara adalah orang yang memiliki status lebih tinggi, kita tidak menggunakan kata kamu, kita lebih baik menggunakan kata bapak/ibu. Gaya berkaitan dengan tujuan orang berbahasa. Bahasa yang digunakan untuk surat menyurat diperlukan bahasa yang halus dan bahasa yang berbeda dengan bahasa untuk laporan penelitian atau skripsi yang bersifat netral. Bahasa surat sangat mempertimbangkan siapa yang akan membaca tulisan kita. Sebaliknya, dalam bahasa ragam ilmiah kita tidak perlu tahu status sosial pembacanya.

Berkaitan dengan makna pilihan kata di atas, pada tulisan ini akan dibahasa beberapa kata yang berkaitan dengan bentuk dan makna kata saja. Berikut ini akan disampaikan beberapa kata yang sering menimbulkan “masalah” dalam pemakaian.

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kategori