PILIHAN KATA (DIKSI) BAGIAN DUA

Sumber : Balai Bahasa Jawa Barat

2. Tujuan pemilihan kata
Dalam kehidupan sehari-hari kita kadang menemukan kalimat yang tidak cermat dalam memilih katanya sekaligus penalarannya tidak benar. Perhatikan kalimat berikut.


(1) pembangunan pasar yang menelan biaya lima milyar lebih itu mulai dibangun pertengahan tahun lalu.
Kalimat (1) di atas jika disederhanakan akan menjadi kalimat (1a) berikut.
(1a) pembangunan pasar dibangun tahun lalu.
Perhatikan kalimat (1a) yang begitu janggal dan tidak bernalar. Apa benar pembangunan….dibangun?
Kita mungkin dapat mengganti kata dibangun misalnya dengan kata dilaksanakan atau dimulai.
Pengulangan bentuk yang bermirian secara terus-menerus, selain membosankan, juga kadang-kadang menjadi berlebihan. Perhatikan kalimat berikut.
(2) perjuangan para pahlawan yang berjuang melawan penjajah patut kita kenang dan kita hargai. Kalimat (2) dapat kita ubah menjadi (2a) atau (2b) berikut.
(2a) perjuangan para pahlawan melawan penjajah patut kita kenang dan kita hargai.
(2b) para pahlawan yang berjuang melawan penajajah patut kita kenang dan kita hargai.
Memang kalimat (2a) dan (2b) diatas berbeda maknanya tetapi lebih cermat daripada kalimat (2).
Dengan melihat contoh yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa tujuan pemilihan kata adalah selain mempercermat pengungkaan gagasan juga menjadikan bahasa yang digunakan lebih hidup, menarik, dan tidak membosankan.

3. Pembentukan kata
Kata-sebagai bagian dari fungsi komunikasi bahasa– pada hakikatnya terdiri atas dua segi: bentuk dan konsep/makna. ¹bentuk adalah segi yang dapat kita dengar atau kita lihat dari sebuah kata, sedangakan konsep atau makna adalah reaksi yang muncul akibat adanya bentuk. Pada kesematan ini penulis akan membicarakan salah satu segi saja, yaitu bentuk kata.
Pembentukan kata dalam bahasa indonesia dapat terjadi melalui enam cara, yaitu.
(1) afiksasi ialah penambahan afiks (imbuhan) pada kata (misalnya penambahan ber-pada tanding sehingga menjadi bertanding);
(2) reduplikasi ialah pembentukan kata baru dengan mengulang kata yang sudah ada (misalnya kata main diulang menjadi main-main);
(3) komposisi ialah penggabungan dua kata baru atau lebih sehingga menghasilkan bentuk dan makna baru (misalnya, penggabungan kata kambing dan hitam sehingga membentuk kata kambing hitam yang bermakna ‘orang/pihak yang dipersalahkan);
(4) abreviasi ialah penggalan bagian dari kata-kata sehingga menghasilkan bentuk baru yang juga berstatus sebagai kata (misalnya, kata ABRI yang merupakan pemendakan dari angkatan bersenjata republik Indonesia);
(5) metanalisis ialah segmentasi/pembagian yang tidak teratur secara etimologis (misalnya, kata sepakat dibentuk dari kata pakat, sementara kata akat sendiri berasal dari mupakat (dalam bahasa arab mufakat); dan,


¹ Dalam pandangan yang lain kata terdiri atas tiga unsur, yaitu bentuk, konsep, dan referen (bendanya). Pandangan itu menghasilkan konsep segitiga makna.

(6) derivasi balik ialah proses pembentukan kata yang disebabkan bahwasanya membentuknya berdasarkan pola-pola yang ada, tetapi tanpa mengenal unsur-unsurnya. Akibatnya terjadi bentuk yang secara historis tidak diramalkan. Contoh proses derivasi balik adalah munculnya kata pungkir dalam dipungkiri yang diakai orang karena dianggapnya bentuk itu padanan bentuk pasif dari memungkiri. Padahal, kata memungkiri dasarnya adalah mungkir (bahasa arab). Terjadinya mungkir——–> pungkir didasarkan pada pola peluluhan seperti pasang ——–> memasang ——-> dipasang.

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kategori